9/06/2013

Infinite times Infinite (the end)

I thought that I am a perfect lover. The fact is I’m not. I hurt the person I love the most. This is my fault I know. I’m so childish he said. I act like a kid he said. I don’t know where’s the part when I’m acting like a kid but he just hate it. This is my fault I know. I can’t act like the other girls and I’m just not his type. I took wrong decisions. I hurt him. I don’t know if this is right or wrong but I didn’t think being a little bit longer with him could save either me or him. I know this is hard for him, but this is hard for me either. Being with a guy whose so nice but his friends didn’t like me is terrible. It is the problem of feelings. I can’t imagine how they could talk anything about me that might change his feelings for me. I can’t stand seeing they keep making fun about him and his ex like I wasn’t there, like I can’t hear them. It hurts me a lot. It overthink-ed me. He didn’t like always be the first to talk. If he only knew that no girls wanna be the first to start the conversation. Well… at least I’ve tried to talk to him to clear the problem we had, int the end. I hope it changes the way he thinks about me. I may look so strong but I’m broken inside. I may laugh each day at school like nothing bad happened but I cried myself to sleep every night because I know, I know I lost someone I cared the most and I can’t have him back anymore. I know a big part of me is missing and I don’t know when will I found it again. Everything I do reminds me of him. I keep thinking about him like every day and night. I talk about him –how he is so nice to me, how he makes me feel special, how I love him to die—like at every conversation I have with my best friends. I’m so into him and still into him. Feeling that way is killing me. I have to move on they said. But who will I move to? No one makes me feel like the way I feel when I’m with him. I know someday I will find the one I will marry, but it’s not now, isn’t it? I am stuck in this fail fairytale. I have to move on I know. But it’s a little bit too hard. But one thing scares me the most. I’m scared he will find another girl. I’m scared that he will love another girl and totally forget me. At least, if he really will do it, wait for me till I’m ready. Just don’t break my heart to the tiniest pieces because I don’t think I can fix it anymore. I know I should be happy if he found his happiness and trust me I WILL. But well umm it would take a long time. But HEY! Be happy, A. Thank you for everything. Don’t ever think I never love you, or I can’t love you for the way you are, or I regret the times I spent with you. NEVER! I love you. So much. Like… I love you infinite times infinite. You are my first love and I wish you know it. We can still be friends, right? Haha. Okay. Bye. This is the end of the post.

-ngarep dibaca-

7/14/2013

From Toothache, I Learned

Saya tumbuh dari keluarga yang keras. Sejak kecil saya diajar untuk jadi anak yang punya cara pandang tegas dan mandiri. Oleh Papa, saya diajar untuk jadi anak yang pintar dan selalu menonjol. Kepercayaan diri saya diasah sampe tajam. Keberanian saya untuk bicara di depan umum dibentuk sejak kecil. Saya diajar untuk disiplin membagi waktu antara bermain dan belajar. Dikejar dengan kursus ini kursus itu. Ditekan dengan tuntutan prestasi yang harus saya capai di sekolah. Sampai membuat ekspektasi mereka terhadap saya menjadi sangat tinggi.

Yang mereka tidak tahu saya ini punya kelemahan. Yang mereka tidak tahu saya seperti anak-anak SMA di luar sana.

Saya tumbuh seperti yang mereka harapkan. Saya mewujudkan sebagian besar dari impian mereka terhadap saya sampai sejauh ini. Tapi saya sadar semakin saya mengikuti dan mewujudkan keinginan mereka, semakin besar pula ekspektasi mereka.

Dari kecil saya paling takut sama Papa. Nggak jarang saya dimarahin untuk hal-hal sepele. Saya sering dibentak sampe nangis kalo lagi belajar pas SD. Diteriakin kalo bikin Papa nggak seneng. Dipukul kalo dianggap melanggar aturan. Saya hormat sama Papa saya. Saya menghargai Papa. Dan saya takut sama Papa. Waktu SD saya hobi banget ngemil. Makan yang manis-manis, yang akhirnya bikin saya sering sakit gigi. Papa marah banget kalo saya atau adik saya sakit gigi. Papa selalu bilang beliau nggak datang dari keluarga yang mampu. Dan kalo dulu Papa punya banyak uang dan bisa memperbaiki giginya yang rusak, Papa akan lakukan itu sebelum terlambat kayak sekarang. Dan Papa selalu bilang dia nggak mau anak-anaknya nyesel dan akhirnya harus ngabisin duit banyak-banyak untuk gigi yang sebenernya bisa dicegah sejak kecil. Waktu itu saya pernah kena sakit gigi dan... namanya juga sakit gigi. Nggak ada yang nggak sakit banget. Waktu itu udah hampir jam 7 malam dan Papa akan sampe di rumah nggak lama lagi. Mama lagi masak makan malam dan tau saya sakit gigi. Saya nangis ke Mama dan mohon-mohon supaya nggak bilang ke Papa. Mama setuju. Selama makan malam saya nggak bisa lupa gimana merananya saya karena sakit gigi itu. Selesai makan malam saya ngurung di kamar nangis sejadi-jadinya karena gigi saya sakit banget. In the end, Papa akhirnya tahu. Saya dibawa ke dokter gigi, dan selesai. Sejak saat itu saya tobat. Nggak mau makan yang bisa bikin sakit gigi. Hasilnya? Sejak kelas 4 SD saya udah nggak pernah sakit gigi. Sakit gigi nggak enak. Dan saya bersyukur untuk yang sudah Papa ajarkan.

Nyakitin emang kalo Papa marah. Sekarang saya udah gede. Kalo saya salah nggak dipukul lagi kayak dulu. Tapi diceramahin. And you will never want to be me kalo Papa udah duduk dan marahin saya atau adik saya. The words you never expect will came out of his mouth, will came. Saya suka nyesel kenapa harus dibesarkan sekeras ini. Tapi, mengingat cerita sakit gigi itu, saya selalu bersyukur dan mengerti bahwa Papa selalu punya maksud mulia untuk hidup saya. Dan saya nggak akan pernah berhenti meningkatkan ekspektasi mereka. Saya akan terus bikin harapan-harapan mereka tercapai. I will make them proud of a daughter named Yurike Natasha Kaunang.

6/29/2013

True Lady

Beberapa tahun yang lalu waktu SMP, saya diajak Mama buat bantuin masak. Awalnya sih saya nggak mau. Apalagi waktu itu liburan, masih pagi pula. Mending saya duduk manis depan tivi nonton Avatar. Tapi karena dipaksa dan diancam (nggak dikasih jajan selama liburan), saya akhirnya mau. Di dapur, kerjaan saya sebenernya nggak berat. Paling cuma ngupas-ngupasin bawang merah terus dipotong-potong, bersihin cabe, ngulek cabe dan kawan-kawan bakal dijadiin saos, motong-motongin sayur, goreng ikan, dan lain-lain yang masih berskala easy sampe medium kalo kata Tap Tap Revenge 4. Tapi karena jarang banget masak (bahkan mungkin nggak pernah), jadi hal-hal yang saya kerjain itu rasanya berat banget. Mama akhirnya ngomong gini ke saya: "Aduh kasiang Yurike. Jadi anak perempuan itu musti tau momasa. Biar ngana jadi Presiden ley, tetap namanya wanita itu musti mo sontong dapur." Translate-an-nya: "Yurike, jadi anak perempuan itu harus bisa masak. Biarpun kamu jadi Presiden, tetap yang namanya wanita harus nyentuh dapur."

  
Saat itu, sebagai anak ababil yang 64h0L eAa qAqA saya nggak ngambil pusing omongan Mama meskipun saya akui itu sedikit nusuk dan tertanam dalam hati dan pikiran saya #eaaaa. Dan bener aja sih. Setiap kali saya harus berurusan dengan yang namanya "masak-masakan" atau "dapur", saya pasti bingung harus ngapain dulu. Kadang saya juga suka malu sama temen-temen yang lincah banget kalo lagi di dapur. Saya sendiri bisanya cuma masak mie instan, goreng telor dadar sama mata sapi, bikin nasi goreng (itupun yang ala kadarnya banget), goreng ikan (kadang suka gosong atau hancur), bikin saos (ngulek maksudnya), dan masak aer. Istilah-istilah alat bahan dapur juga saya masih kurang ngerti. Kadang suka disuruh mama ngambil apa gitu di dapur, saya bengong dulu nanti dikasih tau bentuknya atau ciri-cirinya yang laen baru ngerti.

Hayoloooh~
Tapi sekarang, makin gede saya ngerasa envy sama cewek-cewek yang kalo kita lagi ada acara terus harus masak-masak gitu yang kepake tuh yang bisa masak doang. Pernah waktu itu saya liburan sama temen-temen sekelas waktu SMP. Saya ngeliat mereka asik banget di dapur. Pengen gabung gitu bantu-bantu eh malah disuruh nunggu aja. Katanya yang nggak biasa di dapur nggak usah sok-sokan ikut masak, nanti bukannya cepet selesai malah nggak kelar-kelar gara-gara kerjanya dua kali. Parah banget nggak sih? Ada lagi nih temen saya di sekolah waktu itu jualan bronis buatannya dia sendiri. Katanya baru belajar masak kue. Padahal temen saya itu nggak ada tipe rumahan sama sekali. Tapi bisa gitu bikin kue. #sirik

Dan tibalah saya di malam itu. Waktu itu saya lagi skype-an sama A. Iya, kita skype-an. Iya, rumah kita nggak jauh-jauh amat. Iya, kita kurang kerjaan. Tapi ya gimana lagi. Orang dua-duanya sibuk sama urusan masing-masing, ketemu dua minggu sekali udah paling ada kali. LANJUT! Kita lagi ngobrol.... terus tiba-tiba dia nanya saya bisa masak apa enggak. DARN! Saya jawab aja iya, tapi ya gitu. Jawabannya nggak jelas antara iya apa enggak. Malu? Jelas. Saya udah berasa kayak cewek paling nggak banget di galaksi Bima Sakti. Karena nggak tau harus ngomong apa jadi saya cuma senyum-senyum aja biar cepet pindah topik. Akhirnya dia nutup topik itu dengan ngomong "Belajar masak dong". Uuuh.

Ini akhirnya saya omongin ke temen-temen. Well, at least waktu bicarain itu saya nemuin yang lebih parah dari saya hihihi. Dan kata mereka jadi cewek itu emang harus bisa masak. Biar nanti suaminya nggak nyari makan di luar mulu. Sebanyak-banyaknya pembantu di rumah yang bisa masakin tiap hari, sekalipun pembantunya chef hotel bintang 5, seorang suami pasti mau ngerasain makanan buatan istrinya. Which is saya setuju banget.

  
As a lady, saya tau saya payah banget kalo urusan dapur. Padahal kak Diana Rikasari aja seneng masak. And I don't know if this is true but people say cooking brings another sense of joy. Berkreasi dengan makanan mungkin emang seru. I never try it before but I want to. Saya ingin nunjukin kalo saya pantas dibilang perempuan. Dan sekaligus nunjukin ke adek saya kalo saya juga bisa jago di dapur (fyi, adek saya cowok dan mungkin lincahan dia kalo masak). And also, I want to show A that I could be like what he wants me to be hihihi. Karena saya tau, apapun kerjaan saya nanti pas udah gede, sesibuk apapun saya, sesukses apapun saya, dimanapun, kapanpun, I will need to cook. Well, masak itu penting, kan? Mau bikin calon mertua suka sama kita harus bisa masak. Mau nyenengin suami juga harus bisa masak because that's what a True Lady needs.

Picture Sources:
http://www.guardian.co.uk/lifeandstyle/2011/dec/02/chefs-favourite-kitchen-gadgets-equipment
http://www.moneyandshit.com/health-guru-vs-cook/ 
http://adamik01.wordpress.com/